BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Recent

Bookmark

Gusdurian Banyuwangi Gelar Forum Bertema Ekologi; Bangun Kesadaran Ekosentrisme Secara Kolektif serta Soroti Krisis Iklim dan Etika Lingkungan

Gusdurian Banyuwangi
Pena Laut -  Suasana Kantor Desa Padang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi diselimuti oleh nuansa gayeng dan refelektif ketika digelar forum diskusi rutin 17-an oleh Forum Gusdurian Banyuwangi pada Minggu 20/07/2025.

Kegiatan ini mengusung tema Alam dan Kemanusiaan: Semua Makhluk Memang Fana, Bagaimana dengan Eksploitasi?, Tema menarik yang sedang banyak disoroti publik. Forum ini menghadirkan para praktisi dan aktivis lingkungan; M. Ilyas (Penggerak Jagat), Samsul Muarif (Front Nahdliyyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam/FNKSDA), Lukman (Laskar Hijau), dan Putri Stevia Gestianan (Peradah Banyuwangi). Kegiatan ini pun juga dihadiri oleh pelbagai komunitas maupun organisasi mahasiswa dan pemuda se-Banyuwangi.

Muhammad Sholeh Muria, selaku Koordinator Gusdurian Banyuwangi menyatakan kegiatan dengan tema tersebut memang sengaja diselenggarakan untuk membangun kesadaran kolektif dan terus terjadi transmisi kesadaran pada terhadap regenerasi.

“Memang kami mengusung tema yang cukup umum. Tapi, dengan tema yang umum itu, kemudian pemantik-pemantik yang memang kompeten di bidangnya, mengenai alam khususnya, pada akhirnya juga mengarah ke persoalan-persoalan spesifik, memberikan cakrawala dengan variasi perspektif yang luas. Ini memang agar kita tidak abstain dengan kecintaan kita pada alam, khususnya kita sebagai generasi penerus,” kata Sholeh (20/7/25).

Diskusi ini menyoroti etika lingkungan terhadap kegiatan ekonomi ekstraktif dan mengeksploitasi alam.

Samsul Muarif, Ketua FNKSDA Jember, mengatatakan bahwa ada ruang bagi manusia untuk berlaku etis pada alam dan lingkungan. Kebutuhan ekonomi yang bersumber dari alam yang dilakukan oleh manusia sebenarnya dapat berjalan seimbang, asalkan manusia menyadari seberapa kebutuhannya dan pendayagunaan alam sesuai kebutuhan tersebut.

“Jika manusia masih bersandar pada konsepsi antroposentris, kebutuhannya tidak akan pernah tercukupi, sebab kebutuhan ekonomi berbasis alam hanya berorientasi pada industri. Yang dapat membuatnya lebih bijak ialah gaya hidup baru yang bersandar pada konsepsi ekosentris. Yang mana alam sebagai satu entitas sentral, sangat bermanfaat bagi manusia, tetapi tidak untuk dimanfaatkan secara berlebihan oleh manusia,” tegas Arif (20/7/25).

Selaras dengan argumentasi Arif, Lukman (Laskar Hijau) pun menyatakan kerusakan yang terjadi bukanlah tanda alam sedang marah, melainkan ada perilaku manusia yang tidak semestinya terhadap alam itu sendiri.

“Kalau banjir nyalahkan alam, kalau ada bencana dikira alam mengamuk, bahkan sampai menyalahkan Tuhan. Ini tentu tidak benar. Tapi tangan-tangan manusia itu yang bertindak tidak seharusnya. Manusia berbuat seenaknya dengan alam, yang sebenarnya akan berdampak buruk juga pada manusia itu sendiri” cetus pria asal Songgon itu (20/7/25).

Sedangkan narasumber lain tekankan bahwa kesadaran kolektif bisa dimulai dari masing-masing individu.

M. Ilyas, pemantik yang juga alumni Beasiswa Sekolah Jagat (Jejaring Agama Untuk Gerakan Alam dan Toleransi) yang diselenggarakan oleh Seknas Jaringan Gusdurian mengatakan pentingnya membangun kesadaran individual dalam merajut harmoni dengan alam. Dari melakukan hal kecil dari diri sendiri dengan berkesadaran lingkungan, juga merupakan upaya yang tak boleh dianggap remeh.

“Limbah yang paling banyak sebenarnya ya dari aktivitas sehari-hari kita. Maka, sangat penting membiasakan hal baru, dengan meminimalisir produksi limbah domestik, mengingat penyumbang limbah terbesar ada pada aktivitas keseharian kita,” ucap penggerak Jagat itu (20/7/25).

Putri Stevia Gestianan (Peradah Banyuwangi) dalam kesempatannya memberikan pandangan perspektif Hindu yang sarat nilai-nilai hidup, salah satunya nilai-nilai yang terkandung dalam Tri Hita Karana. Sebagai nilai, Tri Hita Karana ini mencakup harmoni dengan Tuhan, sesama manusia dan alam. Dan Palemahan adalah salah satu nilai yang terkonsep sebagai hubungan manusia dengan alam.

“Banyak orang mengira kalau pohon yang dililit kain poleng, kain kotak-kotak berwarna hitam putih, itu ada yang dipuja-puji di sana. Padahal ada makna etika alam dalam kain poleng itu, yakni upaya preventif agar pohon tidak ditebang. Dan ini merupakan manifestasi dari harmoni manusia dengan alam, yang dalam agama Hindu disebut sebagai Palemahan,” ujar Stevi (20/7/25).

Bersama terselenggaranya forum ini, Gusdurian Banyuwangi dukung Pemkab Banyuwangi dalam atasi sampah.

Gusdurian Banyuwangi sebagai panjang tangan bagi fokus isu yang sudah ditetapkan oleh Jaringan Gusdurian, yakni mengenai toleransi, demokrasi dan HAM, serta lingkungan, tentu mendukung giat pelestarian lingkungan. Dalam hal ini, mengingat Pemerintah Daerah Banyuwangi sebagai pemangku kebijakan yang memiliki otoritas lebih, Gusdurian Banyuwangi mendukung kiat-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam penanganan sampah.

Pemda Banyuwangi yang telah berkolaborasi dengan Clean Rivers dalam program STOP (STop Ocean Plastics) ataupun Banyuwangi Hijau, memberikan udara segar bagi persoalan sampah yang tidak mudah penanganannya. Termasuk Februari lalu (23/2/25) yang dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) tahun 2025, pemerintah menggelar serangkaian kegiatan yang berorientasi pada peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah secara aman dan berkelanjutan.

Dalam program Banyuwangi Hijau ini, Pemda juga mengembangkan sistem pengumpulan, pemilahan, daur ulang dan pengolahan sampah, yang artinya tidak hanya mengurangi polusi plastik saja, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat.

“Ini perlu kita dukung, karena bagaimana pun Pemda Banyuwangi adalah elemen penting yang dapat memberikan pandangan empirik bagi masyarakat agar memiliki kesadaran dalam pikiran yang berangsur menjadi tindakan,” kata Koordinator Gusdurian Banyuwangi (20/7/25).

(Hfdaql)

Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak