BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Recent

Bookmark

Menguat dari Akar: Membangun PMII yang Tangguh di Tengah Krisis Internal

Penalaut.com
- Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) lahir dari rahim sejarah panjang perjuangan intelektual dan spiritual mahasiswa Islam. Sejak berdirinya, PMII menjadi ruang pembentukan watak, nilai, dan karakter generasi muda Islam yang cinta ilmu, cinta tanah air, serta berjiwa pengabdian.

Namun, di balik idealisme besar itu, PMII kini menghadapi tantangan serius yang datang dari dalam tubuhnya sendiri — tantangan internal yang kerap menggerus semangat pergerakan, melemahkan daya juang, dan mengaburkan arah perjuangan.

Salah satu tantangan utama adalah menurunnya kesadaran ideologis di kalangan kader. Banyak yang bergabung tanpa memahami nilai dasar dan arah perjuangan PMII secara mendalam. Kaderisasi sering kali hanya menjadi rutinitas formal tanpa ruh perjuangan. Nilai-nilai Aswaja yang seharusnya menjadi dasar berpikir dan bertindak, kerap hanya dihafal tanpa dihayati. Akibatnya, banyak kader aktif dalam kegiatan, namun tidak memahami esensi perjuangan dan makna keberadaannya di PMII.

Selain itu, tradisi intelektual yang dulu menjadi denyut utama kehidupan kader kini mulai melemah. Ruang-ruang diskusi, kajian, dan forum pemikiran yang dulu hidup kini tergantikan oleh kegiatan seremonial dan administratif. Padahal, PMII didirikan untuk mencetak kader intelektual yang berpikir tajam dan mampu membaca realitas bangsa secara kritis. Ketika budaya membaca dan berdiskusi meredup, daya analisis kader ikut tumpul, dan arah gerakan pun kehilangan pijakan ideologisnya.

Tantangan lain yang tak kalah berat adalah krisis kepemimpinan dan regenerasi. Dalam beberapa proses pemilihan, muncul kecenderungan pragmatis di mana kedekatan emosional dan kepentingan pribadi lebih dominan dibanding kualitas dan integritas. Kondisi ini melahirkan kepemimpinan yang tidak berorientasi pada nilai perjuangan, melainkan pada kekuasaan sesaat. Budaya kompetisi sehat bergeser menjadi politik internal yang memicu perpecahan, melemahkan solidaritas, dan menghambat pembinaan kader secara kolektif.

Krisis militansi dan loyalitas kader juga menjadi persoalan mendasar. Banyak kader yang semangat di awal, tetapi perlahan menjauh ketika dihadapkan pada dinamika dan tanggung jawab yang berat. Nilai keikhlasan dan pengabdian mulai memudar, tergantikan oleh sikap pragmatis yang mengejar keuntungan pribadi. Padahal, kekuatan PMII terletak pada militansi kader yang berjuang dengan hati tulus dan kesetiaan pada nilai perjuangan.

Untuk menghadapi semua itu, PMII perlu melakukan pembenahan menyeluruh. Revitalisasi sistem kaderisasi menjadi langkah utama. Kaderisasi harus diarahkan pada pembentukan karakter, kesadaran ideologis, dan tanggung jawab sosial, bukan hanya pada pelaksanaan formalitas kegiatan. Proses kaderisasi harus dihidupkan oleh mentor yang berpengalaman, berkomitmen, dan mampu menanamkan nilai perjuangan dengan keteladanan.

Selanjutnya, tradisi intelektual perlu dihidupkan kembali. Setiap Komisariat dan Rayon harus menjadi laboratorium pemikiran dan ruang lahirnya gagasan. Diskusi, kajian, dan riset harus menjadi budaya kader, bukan sekadar kegiatan tambahan. Gerakan intelektual ini akan melahirkan kader yang berpikir kritis, produktif, dan solutif terhadap persoalan masyarakat.

Selain itu, sistem kepemimpinan perlu dibangun di atas nilai, transparansi, dan tanggung jawab. Pemimpin harus lahir dari proses kaderisasi yang matang, bukan dari kompromi pragmatis. Kepemimpinan sejati adalah pengabdian, bukan kedudukan.

PMII yang kuat akan lahir dari internal yang kokoh — dari kader yang ideologis, berilmu, dan militan. Ketika setiap kader menyadari bahwa PMII bukan sekadar tempat singgah, melainkan rumah perjuangan, maka dari akar inilah kekuatan sejati akan tumbuh. Tantangan internal bukan kelemahan, melainkan panggilan untuk memperbaiki diri, agar cahaya pergerakan ini terus menyala bagi umat dan bangsa.

Oleh: Abdul Fikri Ginting, PMII Rayon Fakultas Dakwah dan Komunikasi UINSU
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak