BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Recent

Bookmark

Setelah Tambak Ditutup Lalu Apa? : Sebuah Tawaran Keberlanjutan Gerakan Kepanjen dan Mayangan

Penalaut.com
- Faktor penyebab rusaknya lingkungan karena adanya pencemaran. Sebenarnya lingkungan mampu menerima beban dan menetralirnya dalam kadar dan rentang waktu tertentu. Jumlah dan tingkat zat pencemaran semakin meningkat berbanding terbalik dengan daya tampung lingkungan dan kemampuan lingkungan dalam menetralisir zat pencemar.

Salah satu faktor penyebab pencemaran lingkungan adalah air limbah domestik. Sedangkan dalam kasus lahan pertanian Kepanjen dan Mayangan, penyebab pencemaran lingkungan adalah limbah tambak udang yang berada dekat dengan lahan pertanian masyarakat dan sempadan pantai selatan.

Sebagai sebuah gerakan sosial politik, masyarakat Mayangan dan kepanjen, Gumukmas, Jember, Jawa Timur telah berupaya keras untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah. Hal itu ditujukkan lewat surat laporan, audiensi, rapat dengar pendapat (RDP), aksi demonstrasi, hingga pengiriman surat "ultimatum" kepada Pemkab Jember dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dikarenakan lambannya pemerintah mengeluarkan kebijakan atas penutupan tambak udang Vaname yang limbahnya dinilai mencemari lingkungan hingga ±200 hektar lahan pertanian masyarakat menjadi tak bisa ditanami.

Proses lama itu kini mencapai titik klimaks. Dalam masa penantian penutupan tambak dengan landasan hukum yang keluar dari pemerintah, apa yang bisa dipersiapkan masyarakat setelah apa yang mereka inginkan terpenuhi? Sebagian dari kami, anggota dan pengurus rayon, komisariat UIN KHAS, dan cabang PMII Jember berusaha mencari formula, pemecahan masalah untuk mengembalikan kesuburan tanah pertanian masyarakat Kepanjen dan Mayangan. 

Pada Minggu, (18/05/25) kami melakukan percobaan pembuatan eco enzim dengan memanfaatkan sampah organik. Hasil dari apa yang mereka lakukan akan diimplementasikan sebagai upaya uji coba. Jika ini berhasil, maka keberlanjutan gerakan kolektif masyarakat dalam mempertahankan ruang hidup dan penghidupan mereka akan sedikit terbuka lagi.

Apa dan Kenapa Eco Enzime?

Eco Enzym Nusantara (2020) menyatakan bahwa eco enzyme adalah cairan alami serba guna hasil fermentasi dari gula, sisa buah/sayuran dan air. Eco enzyme dikembangkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand yang melakukan penelitian sejak tahun 1980. Eco Enzyme diperkenalkan lebih luas oleh Dr. Joean Oon seorang peneliti Naturopathy dari Penang, Malaysia.
 
Ecoenzym memiliki kandungan antibakteri yang diasumsikan dapat menghambat pertumbuhan bakteri dari limbah tambak udang. Selain itu, juga memiliki peran dalam proses fiksasi nitrogen yang penting untuk kesehatan tanaman, serta dapat membantu mengurangi polutan air.

Tidak hanya terfokus kepada lingkungan, ecoenzym juga dapat menjadi faktor kesehatan bagi tubuh masyarakat. Juga bisa menjadi fungisida maupun pestisida. Ecoenzym tersebut kaya akan manfaatnya. Seperti bagaimana 2 tahun yang lalu, Pemerintah Kabupaten Bangli, Bali menuangkan 20.211 liter eco enzym serentak di Danau Batur. Sebagai upaya pelestarian Danau Batur dan menjaga kualitas airnya. Ecoenzym yang berbahan dasar limbah rumah tangga, juga dapat mengurangi penumpukan limbah yang kurang dimanfaatkan. Dengan cara difrementasi anaerob kurang lebih sekitar 3 bulan.

Dalam berbagai penelitian, eco enzym memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah sebagai bahan penyubur tanah, pengelolaan limbah, pestisida, dan pupuk alami. Beberapa peran EE (Eco enzyme) pada lingkungan menurut ahli, antara lain: 

Pertama, biokatalis pengurai minyak dan lemak pada air limbah domestik. Pada penelitian Wikaningrum dan Pratamadina (2022), EE yang terbuat dari sampah jeruk berpotensi digunakan untuk mereduksi konsentrasi minyak dan lemak pada air limbah domestik. 

Kedua, potensi penggunaan EE untuk pengolahan limbah berbasis logam. Pada penelitian Hemalatha dan Visantini (2020), menunjukkan Konversi limbah menjadi produk bernilai tambah berpotensi menguntungkan selain menciptakan lingkungan yang bersih. Eko-enzim adalah salah satu produk yang dihasilkan dari fermentasi limbah buah jeruk dan keefektifan enzim dalam mengolah limbah berbasis logam diselidiki ... EE juga menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam air limbah. Hasil ini menegaskan bahwa EE mampu mengolah limbah berbasis logam. 

Selain itu, lumpur yang diolah dengan eko-enzim dipelajari potensi penggunaannya dalam meningkatkan pertumbuhan cabai dan lidah buaya. Tanah yang mengandung lumpur yang diolah dengan eko-enzim mendorong pertumbuhan cabai yang lebih baik. Sementara itu, lidah buaya yang ditanam pada tanah yang mengandung lumpur yang diolah dengan ekoenzim tumbuh hampir sama dan sehat dibandingkan dengan kontrol. Studi ini memberikan solusi untuk mencegah pembuangan lumpur untuk memastikan lingkungan yang bersih.

Ketiga, pupuk alami dan biopestisida. Penelitian Arifin dkk (2009), berdasarkan studi literatur, eko-enzim mengandung asam (laktat dan asetat). Produk fermentasi tersebut memiliki aktivitas anti mikroba yang tinggi sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, dapat dimanfaatkan sebagai biopestisida. Dan pada penelitan Hasanah (2020), Eco enzyme adalah cairan hasil fermentasi dari limbah organik buah-buahan, sayuran, dan sampah organik lainnya yang sangat bermanfaat bagi pertanian, kesehatan, dan rumah tangga. Penggunaan eco enzyme dari limbah rumah tangga sebagai pupuk organik cair (LOF) dan desinfektan.

Cerita dan Proses Pembuatan Eco Enzyme

Berawal dari diskusi kecil-kecilan, memikirkan tentang tindak lanjut aksi penutupan tambak udang yang dilakukan oleh masyarakat Kepanjen dan Mayangan dibarengi beberapa teman-teman solidaritas, mahasiwa, dan anggota PMII yang sudah ikut serta mendampingi masyarakat beberapa waktu yang lalu (9/05/25). Diskusi tersebut menemukan sebuah hasil yakni membuat sebuah percobaan pembuatan eco enzime untuk mengembalikan kesuburan tanah. 

Dua hari berlalu setelah diskusi dilakukan, teman-teman memulai mencari sampah-sampah organik di berbagai sudut pasar. Setelah terkumpul lebih dari 15 kg sampah, teman yang lain mencari alat dan bahan yang dibutuhkan seperti galon, botol air mineral, molase atau tetes tebu, selang bangunan, lem tembak, gula merah, dll. selagi tidak harus membeli, kami memanfaatkan alat dan bahan yang ada. Karena lokasi pembuatan eco enzym berada dalam kampus UIN KHAS Jember, kami memanfaatkan tong-tong sampah yang ada untuk alat sementara.
Langkah awal yang kami lakukan adalah mencuci sampah terlebih dahulu. Kemudian memisahkan sampah organik dan nonorganik yang terikut. Sampah dari sayur dan buah-buahan yang besar, seperti buah naga, terong, mentimun diiris terlebih dahulu agar muat masuk ke dalam galon. Sembari melakukan hal tersebut, teman yang lain menyiapkan galon sebagai wadah proses fermentasi anaerob (fermentasi tanpa oksigen). Sebagian yang lain menghaluskan gula merah sebagai makanan bakteri selama fermentasi, begitu juga makanan bakteri adalah molase atau tetes tebu. 
Ketika bahan-bahan sudah siap, semua bahan-bahan dicampur dengan perbandingan 1 (molase dan gula merah) : 3 (sampah organik) : 10 (air tawar). Kemudian dimasukkan ke dalam galon dan ditutup dengan rapat. Pengeluaran yang kami gunakan untuk menyiapkan bahan-bahan diatas tidak lebih dari Rp.50.000,00. Di lain sisi karena memang tak semua bahan kami harus membelinya, namun memanfaatkan bahan-bahan bekas yang ada.

Harapan besar kami dengan percobaan pembuatan eco enzyme ini bisa berhasil dan terus dilakukan. Selain dapat menjadi solusi serta nafas perjuangan teruntuk Masyarakat Kepanjen dan Mayangan sebagai usaha pengembalian kesuburan lahan pertanian yang telah dicemari dan dirusak kelestariannya, juga dapat menjadi alternatif pemanfaatan sampah organik rumah tangga.


Sumber:
Aulia, M., Zultaqawa, Z., & Firdaus, I. (2023). Manfaat Eco Enzyme pada Lingkungan. CRANE: Civil Engineering Research Journal, 4(2), 10–14. Diakses pada 19 Mei 2025, dari https://ojs.unikom.ac.id/index.php/crane/article/view/10883
https://disperkimta.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/11_mengubah-sampah-organik-menjadi-eco-enzyme-di-rumah-bersama-bank-sampah-hijau-daun-disperkimta#:~:text=Kandungan%20Cairan%20Eco%20Enzyme,pertumbuhan%20serta%20membunuh%20bakteri%20pathogen
https://mataram.antaranews.com/berita/281928/penuangan-eco-enzyme-di-danau-batur-bali-dapat-rekor-muri (Diakses pada 19 Mei 2025)
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak