BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Recent

Bookmark

Panggung Milik Siapa?


Panggung Milik Siapa?
Karya: Fadhil Ahmad


Katanya: kerja keras membawa nikmat,
tapi yang malas justru bersenang-senang tanpa sekat.

Kami mengayuh hidup hingga nyawa remuk pelan,
mereka duduk di kursi empuk, memanen kelengahan.

Kami tempuh sekolah, berharap pada ijazah,
tapi dunia menyambut dengan upah yang pasrah.
Anak penguasa tak perlu gelisah—
tahta menurun seperti warisan tanpa susah.

Mereka bicara adil dengan sumpah di bibir,
padahal kejujuran sudah lama dianggap kabur.
Yang jernih disisihkan, dicap tak lihai,
yang culas melesat, berselimut pujian yang fasih.

“Sabar itu indah,” kata mereka dengan nada ringan,
sedang hidup kita bagai bak neraka basah.
Kami tenggelam dalam luka dan nestapa,
dapur pun tak lagi mengepul ramah.
Tapi kami disuruh bersyukur—
sebab katanya, itulah anugerah.

Yang tajir tertawa dengan kembang api pesta,
yang miskin bergelung di lantai retak rumah tua.
Upah ciut, harga melambung tak peduli logika,
dan bos berkata: “Kerja keraslah”—dengan senyum pura-pura.

Negeri ini terus menjanjikan fajar,
dengan spanduk dan wajah baru yang berputar.
Rakyat disebut, seolah dibela sepenuh sadar,
tapi setelah suara didapat, semuanya menguap tanpa kabar.

Dan kami?
Masih di sini, menggenggam nyeri dalam dada terbuka.
Berdoa, menjerit, menatap langit yang diam saja.
Jika benar hidup ini panggung sandiwara—
lalu siapa yang menulis naskahnya?
Dan mengapa kami selalu jadi figuran luka?

_
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak