Di tengah upaya penanganan darurat, publik berharap pemulihan, bantuan logistik, serta pembangunan akses infrastruktur di wilayah terdampak dapat dilakukan secara cepat dan tepat. Namun, muncul pula perdebatan yang memantik pro dan kontra. Fakta mengenai material kayu yang ikut terseret banjir dan longsor di Tapanuli Selatan menimbulkan pertanyaan: apakah bencana ini sepenuhnya musibah alam, atau karena kelalaian manusia?
Situasi serupa terlihat di Kota Sibolga, Medan, Langkat, Tebing Tinggi, Batu Bara, Sergai, dan sejumlah daerah lain. Publik mempertanyakan apakah persoalan berulang seperti drainase tidak berfungsi, saluran air tersumbat, dan buruknya tata kelola lingkungan merupakan bentuk ketidaksiapan, atau bahkan kelalaian dalam penanggulangan bencana. Di sisi lain, ada pula yang memandang bencana ini sebagai teguran dari Tuhan akibat ulah sebagian manusia yang merusak alam hingga berdampak pada semua.
Menurut saya, tidak ada gunanya saling menyalahkan. Yang perlu kita lakukan adalah merefleksikan kembali kedaulatan, kemaslahatan, dan arah kebijakan kita sebagai bangsa. Banyaknya konflik dan perpecahan yang terjadi di Indonesia seharusnya membuat kita lebih berhati-hati dan melakukan tabayyun, sebagaimana sering diingatkan KH. Ma’ruf Amin terkait maraknya hoaks dan isu tak berdasar.
Sebagai pemuda Sumatera Utara dan alumni UIN Sumatera Utara, saya melihat situasi ini sebagai pembelajaran berharga. Kita perlu menengok sejarah bukan untuk kembali ke masa lalu, tetapi untuk belajar dan memperbaiki masa depan.
Ungkapan Kang Mus, salah satu tokoh dalam film Preman Pensiun kembali terlintas: “Kita boleh menengok ke belakang untuk melihat sejarah dan belajar, bukan untuk kembali. Ketika kita akan berubah, tidak serta merta jalan menjadi mudah. Kita akan menempuh masa sulit dan rasa sakit. Kita harus bekerja keras dan berhasil.” Pesan mendiang Kang Epy Kusnandar ini terasa relevan sebagai cermin kebijakan yang perlu diperbaiki di masa kini.
Semoga harapan kita bagi kemajuan Indonesia dapat terwujud dan di-ijabah oleh Allah Swt. Doa terbaik kita panjatkan untuk saudara-saudara yang terdampak, agar pemulihan kehidupan, sandang, pangan, hingga infrastruktur dapat segera dipercepat oleh pemerintah.
Kita percaya, Presiden, para Menteri, anggota legislatif, hingga yudikatif yang kini memimpin negeri ini mampu melihat bencana ini sebagai pelajaran penting untuk memperbaiki kerusakan masa lalu demi Indonesia yang lebih kuat menuju "Indonesia Emas" 2045.
Semoga harapan kita bagi kemajuan Indonesia dapat terwujud dan di-ijabah oleh Allah Swt. Doa terbaik kita panjatkan untuk saudara-saudara yang terdampak, agar pemulihan kehidupan, sandang, pangan, hingga infrastruktur dapat segera dipercepat oleh pemerintah.
Kita percaya, Presiden, para Menteri, anggota legislatif, hingga yudikatif yang kini memimpin negeri ini mampu melihat bencana ini sebagai pelajaran penting untuk memperbaiki kerusakan masa lalu demi Indonesia yang lebih kuat menuju "Indonesia Emas" 2045.
Oleh: Sahnan Siregar (Ketua Rayon PMII Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sumatera Utara 2018–2019)



Posting Komentar