BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Recent

Bookmark

PMII Ibrahimy Gelar Pelatihan Kader Dasar, Upaya Membangun Tradisi Kritis Organisasi

Penalaut.com
- Sebagai upaya untuk membangun tradisi kritis organisasi, Pengurus Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Universitas Islam Ibrahimy Banyuwangi (UNIIB) menggelar agenda kaderisasi formal dengan mengangkat tema "Manifesto Jihad Intelektual PMII: Sebuah Gerakan Dekontruksi atas Wacana Manipulatif dengan Kematangan Sikap dan Keberanian Moral melalui Tradisi Kritis Organisasi".

Kegiatan yang bertajuk Pelatihan Kader Dasar (PKD) ini berlangsung sejak Rabu (28/06/2025) sampai Minggu (01/06/2025), di Balai Desa Kaotan, Kecamatan Blimbingsari.

Sebagai Ketua Panitia, Hilmi Hafi, menegaskan bahwa acara PKD ini tak sekedar agenda formalitas belaka, melainkan sebagai upaya internalisasi nilai-nilai paradigma kritis transformatif.

"Selain pelaksanaan agenda formal kaderisasi di PMII, melalui PKD ini kami juga bermaksud untuk berusaha menginternalisasikan dan membangun tradisi kritis organisasi", ucap Hilmi.

Tak hanya itu, Hilmi juga mengatakan bahwa upaya tersebut akan dicapai melalui arena dan modal yang cukup, sehingga kebiasaan kritis organisasi akan mungkin dapat tercapai.

"Seperti kata Pierre Bourdieu, bahwa kunci kesuksesan sosial adalah arena, modal, dan habitus. Maka di dalam PKD ini, kami menyediakan arena atau fasilitas yang mendukung, modal pengetahuan yang cukup, sehingga diharapkan habitus kritis akan dapat terwujud", tungkas Hilmi.

Sementara itu, Ketua Komisariat PMII UNIIB, Hafid Aqil, menawarkan beberapa model gerakan yang bisa digunakan acuan oleh kader-kader PMII.

"PMII yang notabene-nya termasuk ke dalam golongan intelektual, setidaknya memiliki tiga model gerakan yang dijelaskan oleh Fauzan Alfas sebagai agen kontrol sosial, yakni; Social Movement, Social cultural Movement, dan Historical Movement. Sebagai agen kritis, PMII berperan sebagai kontrol sosial, termasuk mengentaskan wacana-wacana manipulatif yang selama ini menghantui masyarakat", jelas Aqil.

Lebih lanjut, Aqil menerangkan bahwa yang dimaksudnya dengan tradisi kritis organisasi adalah membaca, menulis, dan diskusi.

"PMII sebagai organisasi memerlukan sistem khusus dalam membangun sebuah tradisi tertentu, agar masing-masing anggotanya memiliki akses dalam pembangunan kebiasaan dalam dirinya. Dan habit yang perlu ditumbuhkan adalah; membaca, diskusi, dan menulis", tungkas Aqil.

Dalam sambutan penutupannya, baik Aqil maupun Hilmi, berharap agar para peserta dapat melanjutkan kebiasaan membaca, diskusi, dan menulis yang telah ditanamkan dalam kegiatan ini.

Kegiatan ini diikuti oleh sejumlah perwakilan anggota PMII dari berbagai daerah, seperti PMII UNTAG Banyuwangi, PMII UIMSYA Banyuwangi, PMII STKIP Situbondo, dan tentunya PMII Ibrahimy Banyuwangi. (Hlmi)
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak