Dandhy Dwi Laksono, satu dari empat tim ekspedisi sekaligus penulis buku #Reset Indonesia, hadir langsung untuk membedah gagasan tentang Indonesia Baru melalui kegiatan yang bertajuk "Bedah Buku #Reset Indonesia".
Kegiatan yang berlangsung di Warung Kopi Nuraga, Genteng, Banyuwangi, pada Senin malam (29/12/2025) ini menarik perhatian besar dari masyarakat. Ratusan orang memadati lokasi diskusi untuk mendengarkan pemaparan Dandhy serta kesaksian para pejuang lingkungan dan agraria di wilayah Banyuwangi.
Dandhy menjelaskan bahwa buku Reset Indonesia disusun sebagai tawaran solusi atas berbagai permasalahan sistemik yang ditampilkan dalam film-film tersebut. Dari permasalahan ekologis, hingga permasalahan politik-ekonomi yang melanda negeri.
Selain itu, Dandhy juga menyoroti berbagai kebijakan pusat, mulai dari pelemahan KPK, UU Cipta Kerja, hingga beban anggaran untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dianggapnya "ugal-ugalan" di tengah krisis iklim dan ekonomi. Menurutnya, kebijakan pusat ini bahkan mulai memicu keresahan di tingkat pemerintah daerah karena adanya pemangkasan anggaran yang drastis.
"Banyuwangi saja dipangkas Rp. 600 miliar. Bahkan untuk bayar pegawai saja sulit. Jadi keresahan ini tidak hanya milik rakyat, tapi pamong praja di daerah juga sudah geram dengan pusat," tambahnya.
Diskusi ini kemudian dilanjutkan dengan pemaparan oleh sejumlah warga yang selama ini berhadapan langsung dengan konflik ekologis dan agraria di wilayah Banyuwangi. Nur Aini, atau yang akrab disapa Bu Paini dari Desa Sumberagung, membagikan pengalamannya melawan proyek Tambang Emas di Tumpang Pitu, Kecamatan Pesanggaran.
Kegiatan yang berlangsung di Warung Kopi Nuraga, Genteng, Banyuwangi, pada Senin malam (29/12/2025) ini menarik perhatian besar dari masyarakat. Ratusan orang memadati lokasi diskusi untuk mendengarkan pemaparan Dandhy serta kesaksian para pejuang lingkungan dan agraria di wilayah Banyuwangi.
Mengawali diskusi ini, Dandhy Laksono memutar sejumlah film dokumenter yang merekam jejak ekspedisi timnya, seperti Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa, Ekspedisi Indonesia Biru, Ekspedisi Indonesia Baru, serta film 17 Surat Cinta.
Dandhy menjelaskan bahwa buku Reset Indonesia disusun sebagai tawaran solusi atas berbagai permasalahan sistemik yang ditampilkan dalam film-film tersebut. Dari permasalahan ekologis, hingga permasalahan politik-ekonomi yang melanda negeri.
Dalam diskusinya, Dandhy menekankan bahwa gelombang kemarahan masyarakat, terutama generasi muda atau Gen Z, terhadap kebijakan pemerintah pusat saat ini sangat valid dan berdasar. Namun, ia mengingatkan bahwa kemarahan tersebut harus dibarengi dengan pengetahuan dan literasi agar tidak menjadi gerakan yang sia-sia.
"Untuk menjadi seperti Nepal (yang mampu melakukan perubahan besar), teman-teman harus berproses. Salah satunya dengan menyediakan bacaan. Orang marah itu harus punya alasan. Harus ada ilmunya. Kalau marah tidak ada ilmunya, ya sudah kesurupan", ujar Dandhy di hadapan peserta diskusi.
"Untuk menjadi seperti Nepal (yang mampu melakukan perubahan besar), teman-teman harus berproses. Salah satunya dengan menyediakan bacaan. Orang marah itu harus punya alasan. Harus ada ilmunya. Kalau marah tidak ada ilmunya, ya sudah kesurupan", ujar Dandhy di hadapan peserta diskusi.
Ia juga mengajak pemuda Banyuwangi untuk memanfaatkan teknologi dan media sosial sebagai alat konsolidasi gagasan, bukan sekadar hiburan.
"Jangan sampai kita hanya marah, tapi tidak punya tawaran solusinya apa. Kita harus menyiapkan itu agar jika terjadi perubahan, yang menggantikan bukan orang yang lebih buruk dari hari ini", tambahnya.
"Jangan sampai kita hanya marah, tapi tidak punya tawaran solusinya apa. Kita harus menyiapkan itu agar jika terjadi perubahan, yang menggantikan bukan orang yang lebih buruk dari hari ini", tambahnya.
"Banyuwangi saja dipangkas Rp. 600 miliar. Bahkan untuk bayar pegawai saja sulit. Jadi keresahan ini tidak hanya milik rakyat, tapi pamong praja di daerah juga sudah geram dengan pusat," tambahnya.
Diskusi ini kemudian dilanjutkan dengan pemaparan oleh sejumlah warga yang selama ini berhadapan langsung dengan konflik ekologis dan agraria di wilayah Banyuwangi. Nur Aini, atau yang akrab disapa Bu Paini dari Desa Sumberagung, membagikan pengalamannya melawan proyek Tambang Emas di Tumpang Pitu, Kecamatan Pesanggaran.
"Kita tidak usah takut melawan karena kita benar. Kalau tidak dilawan, semuanya akan habis. Kita punya tanggung jawab melindungi alam. Jika kebenaran diabaikan, maka alam yang akan menghakimi," tegas Bu Paini.
Selain Bu Paini, hadir pula Qomariyah (Mbak Mar) dari Desa Pakel, Kecamatan Licin. Ia memaparkan kisah perjuangan satu abad petani Pakel dalam mempertahankan tanah wilayah mereka, termasuk kisah pilu kriminalisasi yang menimpa rekan-rekannya.
Sebagai penutup, Samsul Muarif selaku moderator memberikan closing statment yang menekankan pentingnya menjaga api perjuangan agar tetap menyala.
"Barangkali kebisingan ini adalah jalan menuju Indonesia Baru. Maka, mari kita secara bersama-sama reset Indonesia," pungkasnya.
Acara diakhiri foto dan deklarasi bersama melalui video yang bertajuk "Banyuwangi Saatnya Reset Indonesia". Hal ini menjadi simbol bahwa dari ujung timur Pulau Jawa, tuntutan akan perubahan sistemik akan terus bergulir.
Selain Bu Paini, hadir pula Qomariyah (Mbak Mar) dari Desa Pakel, Kecamatan Licin. Ia memaparkan kisah perjuangan satu abad petani Pakel dalam mempertahankan tanah wilayah mereka, termasuk kisah pilu kriminalisasi yang menimpa rekan-rekannya.
Sebagai penutup, Samsul Muarif selaku moderator memberikan closing statment yang menekankan pentingnya menjaga api perjuangan agar tetap menyala.
"Barangkali kebisingan ini adalah jalan menuju Indonesia Baru. Maka, mari kita secara bersama-sama reset Indonesia," pungkasnya.
Acara diakhiri foto dan deklarasi bersama melalui video yang bertajuk "Banyuwangi Saatnya Reset Indonesia". Hal ini menjadi simbol bahwa dari ujung timur Pulau Jawa, tuntutan akan perubahan sistemik akan terus bergulir.
Penulis: Hilmi Hafi
Pewarta: Isna Yulfi dan Lilis Setyawati
Pewarta: Isna Yulfi dan Lilis Setyawati



Posting Komentar