BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Recent

Bookmark

Kesepakatan Pertahanan Strategis Pakistan–Arab Saudi: Implikasi untuk Negara Islam & Politik Timur Tengah

Penalaut.com
- Kesepakatan Pertahanan Strategis antara Pakistan dan Arab Saudi yang ditandatangani di Riyadh pada September 2025 lalu menjadi tonggak penting dalam dinamika geopolitik dunia Islam. Masalah utama yang melatarbelakangi perjanjian ini adalah meningkatnya ketegangan di kawasan Timur Tengah, terutama akibat konflik Gaza dan ancaman serangan lintas batas.

Selain itu, ada pula kekhawatiran terhadap hegemoni militer asing di kawasan yang dapat melemahkan kedaulatan negara-negara Islam. Bagi Pakistan dan Arab Saudi, kerja sama pertahanan ini dimaksudkan untuk memperkuat posisi mereka dalam menghadapi ancaman eksternal sekaligus memperlihatkan solidaritas dunia Islam di tengah dinamika global yang semakin kompleks (Khan, 2025).

Tujuan utama dari kesepakatan ini dapat dilihat dalam dua dimensi: jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek, perjanjian ini bertujuan memberikan rasa aman terhadap potensi eskalasi konflik dan memastikan kesiapan militer bila diperlukan. Sementara dalam jangka panjang, tujuan yang lebih strategis adalah membangun blok pertahanan Islam yang lebih solid untuk mengurangi ketergantungan terhadap aliansi Barat, seperti NATO. Hal ini juga menjadi simbol bahwa dunia Islam ingin memiliki kekuatan mandiri yang mampu menjaga kepentingannya sendiri (Al-Farouq, 2025).

Berdasarkan data yang dirilis oleh Middle East Defence Review, 68% warga Arab Saudi mendukung langkah pemerintah dalam memperkuat kerja sama militer dengan Pakistan, sementara di Pakistan, tingkat dukungan publik mencapai 72%. Angka ini menunjukkan legitimasi politik yang cukup kuat untuk melaksanakan perjanjian tersebut.

Namun, terdapat juga sekitar 18% warga Pakistan yang khawatir kerja sama ini justru menyeret negara ke dalam konflik regional, sedangkan 14% warga Saudi merasa aliansi ini akan menambah beban ekonomi negara (Rahman, 2025). Data ini memberi gambaran bahwa dukungan memang dominan, tetapi kritik tetap tidak bisa diabaikan.
Jika dianalisis lebih dalam, persentase dukungan publik yang tinggi mencerminkan adanya kebutuhan psikologis dan politis bagi umat Islam untuk melihat simbol persatuan nyata antarnegara besar di dunia Islam
Jika dianalisis lebih dalam, persentase dukungan publik yang tinggi mencerminkan adanya kebutuhan psikologis dan politis bagi umat Islam untuk melihat simbol persatuan nyata antarnegara besar di dunia Islam. Pakistan sebagai negara dengan kekuatan nuklir pertama di dunia Islam dianggap menjadi benteng pertahanan, sementara Arab Saudi memiliki posisi penting sebagai penjaga dua tanah suci umat Islam. Keduanya menyatu dalam sebuah visi geopolitik baru yang berpotensi mengubah peta kekuatan global (Musthafa, 2025).

Evaluasi terhadap perjanjian ini menunjukkan adanya peluang sekaligus risiko. Peluangnya adalah terbentuknya sebuah sistem pertahanan kolektif Islam yang bisa menjadi alternatif dari dominasi Barat. Selain itu, kerja sama ini berpotensi memperkuat solidaritas ekonomi, misalnya melalui industri militer bersama. Namun, risikonya adalah meningkatnya kecurigaan dari negara-negara tetangga seperti Iran atau bahkan sekutu lama seperti Amerika Serikat yang khawatir akan adanya pergeseran keseimbangan kekuatan di kawasan (Yusuf, 2025).

Dari sisi efektivitas, implementasi perjanjian ini masih menunggu tindak lanjut berupa latihan militer gabungan, mekanisme berbagi intelijen, serta kesepakatan alokasi anggaran pertahanan bersama. Sejauh ini, laporan menyebutkan bahwa 55% masyarakat Pakistan berharap latihan militer gabungan segera dilakukan, sementara 60% masyarakat Saudi lebih menekankan pentingnya investasi dalam teknologi pertahanan bersama (Hassan, 2025). Data ini menunjukkan ada perbedaan prioritas, tetapi keduanya tetap mengarah pada penguatan pertahanan kolektif.
Menurut saya, perjanjian ini akan memberi warna baru dalam politik Timur Tengah. Jika dijalankan dengan serius, kesepakatan ini bisa menjadi embrio bagi terbentuknya “NATO versi Islam”
Menurut saya, perjanjian ini akan memberi warna baru dalam politik Timur Tengah. Jika dijalankan dengan serius, kesepakatan ini bisa menjadi embrio bagi terbentuknya “NATO versi Islam” yang mampu menjaga stabilitas kawasan. Namun, tantangannya adalah bagaimana menjaga keseimbangan diplomasi agar aliansi ini tidak memicu permusuhan baru dengan negara tetangga. Solidaritas yang ditunjukkan Pakistan dan Arab Saudi harus diarahkan untuk membangun perdamaian, bukan sekadar memperlihatkan kekuatan militer.

Kesimpulannya, Kesepakatan Pertahanan Strategis Pakistan–Arab Saudi adalah langkah berani yang di satu sisi menunjukkan kemandirian dunia Islam, tetapi di sisi lain menyimpan potensi konflik baru. Dengan dukungan mayoritas publik yang mencapai lebih dari 65%, kesepakatan ini memiliki landasan politik yang kuat.

Namun, evaluasi ke depan akan menentukan apakah perjanjian ini benar-benar menjadi instrumen perdamaian atau justru menambah kompleksitas geopolitik kawasan. Menurut saya, kunci keberhasilan terletak pada orientasi moral dan spiritual dunia Islam yang harus selalu menempatkan keadilan dan perdamaian di atas kepentingan semata-mata militer.

Oleh: Nashrul M'minin, Content Writer Yogyakarta
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak